Minggu, 18 Maret 2012

konsep kesehatan mental (tulisan)


·        Konsep sehat :
Parkins (1938)
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai factor yang berusaha mempengaruhinya.
WHO (1957)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala factor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
WHO (1974)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep sehat mendapatkan perhatian dan dikembangkan saat ini. Oleh karena itu, timbul berbagai konsep “sehat” yang ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda, misalnya :
Konsep “sehat” dipandang dari sudut fisik secara individu dan
Konsep “sehat” dipandang dari sudut ekologi
Konsep “sehat” secara fisik dan bersifat individu adalah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin”. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah “normal” masih belum dapat dibakukan.
Konsep “sehat” berdasarkan ekologi adalah “sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus-menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan”
Karena adanya perbedaan dalam sudut pandang tersebut maka hingga kini belum terdapat batasan “sehat” yang memuaskan. Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam pembukuan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut :
“ health is atage of complete physical, mental and sovial wellbeing and not merely the absence of disease of infirmity”

·        Dimensi sehat :
Sesuai dengan definisi WHO (1984) dimensi sehat yaitu sehat dalam arti :
  1. Fisik
  2. Psikis
  3. Sosial
  4. dan spiritual. 
·        Sejarah perkembangan kesehatan mental

Mula-mula penjelasannya sederhana, nenek moyang homo sapiens menghubungkan penyakit-penyakit mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat.
Para pendahulu psikiater dan psikolog kita muncul pada zaman purba. Pada umumnya para pasien penyakit mental dan fisik itu diperlakukan dengan perasaan belas kasihan yang sama oleh para psikolog, namun para dukun dan pemimpin kelompok benar-benar menyingkirkan mereka apabila mereka dan penyakit mereka merugikan kelompok. Para pasien itu dibunuh atau dibiarkan meninggal.
Masa peradaban awal
Pada masa peradaban awal (Mesopotamia), mesir, yahudi, india, cina, dan benua amerika dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Diantara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum.
Di Yunani
Di yunani, para pasien sakit mental di bawa ke kuil-kuil itu, dimana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab-penyebab gangguan mental.
Di Persia
 Di Persia, setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain. Dengan demikian, seluruh penekanan ilmu kedokteran mereka terletak pada cara-cara yang bersifat magis dan keagamaan.
Di Yahudi
Di Yahudi di dalan sumber-sumber alkitab menunujukan bahwa orang-orang yahudi mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dari allah dan perawatannya hanya dengan cara bertobat kepadanya. Pada tahun 490 M, ada sebuah rumah sakit di Yerussalem yang didirikan semata-mata untuk para pasien penyakit mental.
Masa abad pertengahan
Pada abad pertengahan (abad gelap), dengan hancurnya peradaban yunani-romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di eropa mengalami kemunduran. Banyak takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demologi) dihidupkan kembali.
Deutsch (1949:2) mengemukkan alasan mengenai kepercayaan-kepercayaan primitive zaman dulu dalam bidang ini sebagai berikut :
“karena penyakit-penyakit mental…disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib, maka dicari penangkal dan pengobatannya dalam ilmu gaib. Untuk mengelakan penyakit, dipakai jimat-jimat dan benda-benda berkhasiat, dan digunakan sarana-sarana pelindung gaib lainnya. Penyakit disembuhkan dengan mengusir setan dari orang yang dirasuki setan dengan mantra dan doa, dengan rujukan, bujukan, dan bahkan ancaman. Kadang-kadang apabila setan yang dirasuki itu dianggap sebagai makhluk yang jasmani, maka digunakan siksaan fisik, seperti memencet atau mencambuki tubuh untuk mengeluarkanya”.
Sulit untuk memahami peran sangat penting yang dimainkan oleh kepercayaan akan setan-setan dalam pemikiran abad pertengahan.
Deutsch (1949:53) meringkaskan penjagaan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menderita sakit mental sebagai berikut :
“…. Orang-orang yang menderita sakit mental digantung, dipenjarakan, disiksa, dan kalau tidak dipermalukan dengan kejam sebagai kaki tangan setan. Karena di pandang sebagai makhluk yang lebih rendah daripada manusia....”.
Pada tanggal 6 mei 1908 Clifford Beers bersama 13 orang warga lain yang memperhatikan kepentingan masyarakat bertemu di rumah Reverend A.P.S di New Haven dan mendirikan Connecticut Society For Mental Hygiene.  Psikiater, Dr. Adolph Meyer menganjurkan istilah mental hygiene sebagai nama yang tepat untuk gerakan yang diperkasai Clifford Beers. Setahun setelah lembaga local itu berjalan, Clifford beers memperluas asosiasi tersebut pada febuari 1909 di bentuk National Committee for mental Hygiene. Kemudian bercabang di 48 negara nagian dan tersebar sampai ke luar negri.
·        Teori perkembangan kepribadian erikson
Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Dalam kata-kata Erikson, ada suatu “kecocokan timbal balik antara individu dengan lingkungan”. Teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori-teori sebelumnya seperti teori freud dan teori piaget yang berhenti hanya sampai pada masa dewasa. Menurut erikson, perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang seluruhnya ada delapan tahap. Empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima ada pada masa adolesen, dan tahap keenam, ketujuh dan kedelapan terjadi pada masa-masa dewasa atau usia tua
Tahap-tahap erikson :
1.     Kepercayaan dasar vs kecurigaan dasar
Bila rasa aman dipenuhi, maka anak akan mengembangkan dasar-dasar kepercayaan pada lingkungan. Sebaliknya, bila anak selalu terganggu dan tidak pernah merasakan kasih saying serta rasa aman, anak akan mengembangkan rasa kecurigaaan dasar atau perasaan tidak percaya pada lingkungan.
2.     Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu
Pengakuan, pujian, perhatian serta dorongan akan menimbulkan perasaan percaya diri dan memperkuat kemandiriannya. Bila sebaliknya yang terjadi, maka akan berkembang perasaan ragu-ragu dan malu.
3.     Inisiatif vs perasaan ragu-ragu
Bila sebelumnya anak sudah mengembangkan perasaan percaya diri dan mandiri, maka anak tersebut akan mulai berani mengambil inisiatif yaitu anak mulai mengejar, merencanakan, serta kebulatan tekad dalam menyelesaikan tugas-tugas dan meraih tujuan-tujuan.
4.     Industry vs inferioritas
Konflik yang dihadapi pada tahap ini adalah perasaan sebagai seseorang yang mampu vs perasaan rendah diri. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan terus lebih produktif bila kemampuannya dihargai tetapi jika sebaliknya yg di alami maka akan timbul rasa rendah diri pada anak.
5.     Identitas vs kekacauan identitas
Yang dimaksud adalah dalam tahap ini anak menghadapi konflik yaitu perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran. Selama masa adolesen, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri dan siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat. Tetapi jika individu mengalami kesulitan pada peralihan sebelumnya maka individu akan mengalami kekacauan identitas yaitu  orang merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang.
6.     Keintiman vs isolasi
Dalam tahap ini individu sudah mulai ingin mencari-cari pasangan hidup, siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka menginginkan hubungan-hubungan yang akrab dan intim. Dan di tahap ini individu sudah mulai bisa mengembangkan genitalitas seksual terhadap orang yang dicintainya.
7.     Generativitas vs stagnasi
Krisis yang dihadapi pada masa ini adalah adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat, dan manusia pada umumnya. Cirri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang di hasilkan (keturunan). Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur atau mengalami stagnasi.
8.     Integritas vs keputusasaan
Tahap terakhir ini merupakan tahap integritas yaitu sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, ide-ide dan telah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan  dan kegagalan daalm hidup. Keputusasaan adalah menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan dengan memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti dan sudah mendekati ajal.
·        Teori perkembangan kepribadian Freud
Freud mengembangkan teori psikoanalisis. Freud mempunyai struktur kepribadian.
Struktur kepribadian freud tersusun dari 3 sistem pokok, yaitu :
a.     Id
Id merupakan system kepribadian yang asli. Id dikatakab telah ada sejak lahir. Freus menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan cirri kerja id ini disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle).
b.     Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Misalnya orang yang lapar harus mencari makanan. Peranan utamanya adalah menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari organism dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya, tujuannya adalah mempertahankan kehidupan individu.
c.      Superego
Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, ia mencerminkan yang ideal dan bukan yang real. Perhatian superego yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah.

·        Kepribadian Sehat
Faktor-faktor yang membentuk keadan-keadaan jiwa seseorang dari saat ke saat membutuhkan kesehatan jiwanya. Kriterium untuk kesehatan jiwa sangat sederhana adanya factor-faktor yang sehat dan ketiadaan factor-faktor uyang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis seseorang. Setiap macam gangguan jiwa disebabkan karena  faktor-faktor  tidak sehat tertentu menguasai jiwa seseorang. Sifat khusus dari masing-masing factor yang tidak sehat menimbulkan bentuk-bentuk gangguan khusus pula – egoism, misalnya mendasari perbuatan-perbuatan yang semata-mata mementingkan diri sendiri yang dalam psikologi barat disebut tingkahlaku “sosiopatik”.
Ada banyak definisi mengenai kepribadian yang sehat dan berikut satu diantaranya yang paling sesuai
Pertama, kepribadian kita bisa dikatakan sehat bila kita sengaja mencari kebaikan dalam diri setiap orang dan setiap situasi.

Daftar pustaka
Effendy, N.1997.Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat,edisi 2.Jakarta :  Buku kedokteran EGC
Budiarto, E dan Anggraeni, D.2001.Pengantar epidemiologi. Edisi 2.Jakarta : Buku kedokteran EGC
Syariffudin, A.2003.Puasa menuju sehat fisik dan psikis.Jakarta : Gema Insani
Semiun, Y.2006.Kesehatan mental 1.Yogyakarta : KANISIUS
Hall, C.S dan Lindzey, G.1993.Teori-teori holistic (organismik-fenomenologis). Yogyakarta : KANISIUS
Hall, C.S dan Lindzey, G.1993.Teori-teori psikodinamik (klinis).Yogyakarta : KANISIUS

konsep kesehatan mental (tugas)


Konsep sehat :
Parkins (1938)
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai factor yang berusaha mempengaruhinya.
WHO (1957)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala factor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
WHO (1974)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep sehat mendapatkan perhatian dan dikembangkan saat ini. Oleh karena itu, timbul berbagai konsep “sehat” yang ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda, misalnya :
Konsep “sehat” dipandang dari sudut fisik secara individu dan
Konsep “sehat” dipandang dari sudut ekologi
Konsep “sehat” secara fisik dan bersifat individu adalah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin”. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah “normal” masih belum dapat dibakukan.
Konsep “sehat” berdasarkan ekologi adalah “sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus-menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan”
Karena adanya perbedaan dalam sudut pandang tersebut maka hingga kini belum terdapat batasan “sehat” yang memuaskan. Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam pembukuan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut :
“ health is atage of complete physical, mental and sovial wellbeing and not merely the absence of disease of infirmity”

Dimensi sehat :
Sesuai dengan definisi WHO (1984) dimensi sehat yaitu sehat dalam arti :
a.     Fisik
b.     Psikis
c.      Sosial
d.     dan spiritual.  
Sejarah perkembangan kesehatan mental
Mula-mula penjelasannya sederhana, nenek moyang homo sapiens menghubungkan penyakit-penyakit mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat.
Para pendahulu psikiater dan psikolog kita muncul pada zaman purba. Pada umumnya para pasien penyakit mental dan fisik itu diperlakukan dengan perasaan belas kasihan yang sama oleh para psikolog, namun para dukun dan pemimpin kelompok benar-benar menyingkirkan mereka apabila mereka dan penyakit mereka merugikan kelompok. Para pasien itu dibunuh atau dibiarkan meninggal.
Masa peradaban awal
Pada masa peradaban awal (Mesopotamia), mesir, yahudi, india, cina, dan benua amerika dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Diantara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum.
Di Yunani
Di yunani, para pasien sakit mental di bawa ke kuil-kuil itu, dimana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab-penyebab gangguan mental.
Di Persia
Di Persia, setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain. Dengan demikian, seluruh penekanan ilmu kedokteran mereka terletak pada cara-cara yang bersifat magis dan keagamaan.
Di Yahudi
Di Yahudi di dalan sumber-sumber alkitab menunujukan bahwa orang-orang yahudi mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dari allah dan perawatannya hanya dengan cara bertobat kepadanya. Pada tahun 490 M, ada sebuah rumah sakit di Yerussalem yang didirikan semata-mata untuk para pasien penyakit mental.
Masa abad pertengahan
Pada abad pertengahan (abad gelap), dengan hancurnya peradaban yunani-romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di eropa mengalami kemunduran. Banyak takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demologi) dihidupkan kembali.
Deutsch (1949:2) mengemukkan alasan mengenai kepercayaan-kepercayaan primitive zaman dulu dalam bidang ini sebagai berikut :
“karena penyakit-penyakit mental…disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib, maka dicari penangkal dan pengobatannya dalam ilmu gaib. Untuk mengelakan penyakit, dipakai jimat-jimat dan benda-benda berkhasiat, dan digunakan sarana-sarana pelindung gaib lainnya. Penyakit disembuhkan dengan mengusir setan dari orang yang dirasuki setan dengan mantra dan doa, dengan rujukan, bujukan, dan bahkan ancaman. Kadang-kadang apabila setan yang dirasuki itu dianggap sebagai makhluk yang jasmani, maka digunakan siksaan fisik, seperti memencet atau mencambuki tubuh untuk mengeluarkanya”.
Sulit untuk memahami peran sangat penting yang dimainkan oleh kepercayaan akan setan-setan dalam pemikiran abad pertengahan.
Deutsch (1949:53) meringkaskan penjagaan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menderita sakit mental sebagai berikut :
“…. Orang-orang yang menderita sakit mental digantung, dipenjarakan, disiksa, dan kalau tidak dipermalukan dengan kejam sebagai kaki tangan setan. Karena di pandang sebagai makhluk yang lebih rendah daripada manusia....”.
Pada tanggal 6 mei 1908 Clifford Beers bersama 13 orang warga lain yang memperhatikan kepentingan masyarakat bertemu di rumah Reverend A.P.S di New Haven dan mendirikan Connecticut Society For Mental Hygiene.  Psikiater, Dr. Adolph Meyer menganjurkan istilah mental hygiene sebagai nama yang tepat untuk gerakan yang diperkasai Clifford Beers. Setahun setelah lembaga local itu berjalan, Clifford beers memperluas asosiasi tersebut pada febuari 1909 di bentuk National Committee for mental Hygiene. Kemudian bercabang di 48 negara nagian dan tersebar sampai ke luar negri.


Daftar pustaka
Effendy, N.1997.Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat,edisi 2.Jakarta : Buku kedokteran EGC
Budiarto, E dan Anggraeni, D.2001.Pengantar epidemiologi. Edisi 2.Jakarta : Buku kedokteran EGC
Syariffudin, A.2003.Puasa menuju sehat fisik dan psikis.Jakarta : Gema Insani
Semiun, Y.2006.Kesehatan mental 1.Yogyakarta : KANISIUS