Minggu, 01 April 2012

Model Rentang Kehidupan Perkembangan Kognitif


haaai .. terima kasih ya sebelumnya kalian sudah mau membuka blog saya dan membaca tentang model rentang kehidupan ini , terlebih jika kalian berkomentar ^_^ …

Kali ini saya akan membahas tentang model rentang kehidupan perkembangan kognitif K. Warner Schaie , kita mulai yaa

Model rentang kehidupan K. Warner Schaie tentang perkembangan kognitif melihat penggunaan intelek yang berkembang dalam suatu konteks sosial. Ketujuh tahapnya berkisar pada beberapa tujuan yang muncul pada berbagai tahap kehidupan. Tujuan-tujuan ini bergerak dari pemerolehan informasi dan keterampilan (apa yang perlu saya ketahui) ke integrasi praktis dari pengetahuan dan keterampilan (mengapa saya harus tahu). Tujuh tahap tersebut dalah sebagai berikut :

1.      Acquisitive stage-tahap pemerolehan (masa anak-anak dan remaja)
Tahap pertama dari tujuh tahap kognitif Schaie, dimana anak dan remaja memperoleh informasi dan keterampilan terutama hanya sekedar mendapatkannya atau sebagai persiapan untuk turut serta di dalam masyarakat.

2.      Achieving stage-tahap pencapaian (akhir masa remaja atau awal dua puluhan hingga awal tiga puluhan)
Tahap kedua dari tujuh tahap kognitif Schaie, dimana dewasa awal menggunakan pengetahuan untuk memperoleh keahlian dan kemandirian. Mereka menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk mengejar tujuan, seperti karier dan keluarga.

3.      Responsible stage-tahap tanggung jawab (akhir tiga puluhan hingga awal enam puluhan)
Tahap ketiga dari tujuh tahap kognitif Schaie, di mana individu paruh baya memikirksn tujuan jangka panjang dan masalah-masalah praktis yang berkaitan dengan tanggung jawab mereka terhadap orang lain, seperti anggota keluarga dan karyawan.

4.      Executive stage-tahap eksekutif (tiga puluhan atau empat puluhan hingga setengah baya)
Tahap keempat dari tujuh tahap kognitif Schaie, dimana individu paruh baya bertanggung jawab paad system sosial, menghadapi hubungan kompleks pada banyak tingkat.

5.      Reorganizational stage-tahap reorganisasional (akhir paruh baya, masa awal dewasa akhir)
Tahap kelima dari tujuh tahap kognitif Schaie, dimana individu dewasa memasuki masa pensiun dan mereorganisasikan hidup mereka sekitar aktivitas yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.

6.      Reintegrative stage-tahap reintegrasi (dewasa akhir)
Tahap keenam dari tujuh tahap kognitif Schaie, dimana individu dewasa yang lebih tua memilih untuk memfokuskan energinya yang terbatas pada tugas-tugas yang bermakna bagi mereka.

7.      Legacy-creating stage-tahap penciptaan warisan (lanjut usia)
Tahap terakhir ini, dimana individu lanjut usia mempersiapkan kematian dengan merekam cerita hidupnya dan mulai mendistribusikan barang-barang miliknya sebagai warisan bagi orang-orang yang mereka cintai. Tugas-tugas ini melibatkan pelatihan kompetensi kognitif dalam konteks sosial dan emosional.

Sekian pembahasan kali ini , terima kasih ya kawan …

Sumber : Papalia, D dan Olds. 2009. Human development perkembangan manusia. Jakarta : Salemba Humanika

Minggu, 18 Maret 2012

konsep kesehatan mental (tulisan)


·        Konsep sehat :
Parkins (1938)
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai factor yang berusaha mempengaruhinya.
WHO (1957)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala factor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
WHO (1974)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep sehat mendapatkan perhatian dan dikembangkan saat ini. Oleh karena itu, timbul berbagai konsep “sehat” yang ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda, misalnya :
Konsep “sehat” dipandang dari sudut fisik secara individu dan
Konsep “sehat” dipandang dari sudut ekologi
Konsep “sehat” secara fisik dan bersifat individu adalah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin”. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah “normal” masih belum dapat dibakukan.
Konsep “sehat” berdasarkan ekologi adalah “sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus-menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan”
Karena adanya perbedaan dalam sudut pandang tersebut maka hingga kini belum terdapat batasan “sehat” yang memuaskan. Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam pembukuan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut :
“ health is atage of complete physical, mental and sovial wellbeing and not merely the absence of disease of infirmity”

·        Dimensi sehat :
Sesuai dengan definisi WHO (1984) dimensi sehat yaitu sehat dalam arti :
  1. Fisik
  2. Psikis
  3. Sosial
  4. dan spiritual. 
·        Sejarah perkembangan kesehatan mental

Mula-mula penjelasannya sederhana, nenek moyang homo sapiens menghubungkan penyakit-penyakit mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat.
Para pendahulu psikiater dan psikolog kita muncul pada zaman purba. Pada umumnya para pasien penyakit mental dan fisik itu diperlakukan dengan perasaan belas kasihan yang sama oleh para psikolog, namun para dukun dan pemimpin kelompok benar-benar menyingkirkan mereka apabila mereka dan penyakit mereka merugikan kelompok. Para pasien itu dibunuh atau dibiarkan meninggal.
Masa peradaban awal
Pada masa peradaban awal (Mesopotamia), mesir, yahudi, india, cina, dan benua amerika dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Diantara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum.
Di Yunani
Di yunani, para pasien sakit mental di bawa ke kuil-kuil itu, dimana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab-penyebab gangguan mental.
Di Persia
 Di Persia, setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain. Dengan demikian, seluruh penekanan ilmu kedokteran mereka terletak pada cara-cara yang bersifat magis dan keagamaan.
Di Yahudi
Di Yahudi di dalan sumber-sumber alkitab menunujukan bahwa orang-orang yahudi mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dari allah dan perawatannya hanya dengan cara bertobat kepadanya. Pada tahun 490 M, ada sebuah rumah sakit di Yerussalem yang didirikan semata-mata untuk para pasien penyakit mental.
Masa abad pertengahan
Pada abad pertengahan (abad gelap), dengan hancurnya peradaban yunani-romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di eropa mengalami kemunduran. Banyak takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demologi) dihidupkan kembali.
Deutsch (1949:2) mengemukkan alasan mengenai kepercayaan-kepercayaan primitive zaman dulu dalam bidang ini sebagai berikut :
“karena penyakit-penyakit mental…disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib, maka dicari penangkal dan pengobatannya dalam ilmu gaib. Untuk mengelakan penyakit, dipakai jimat-jimat dan benda-benda berkhasiat, dan digunakan sarana-sarana pelindung gaib lainnya. Penyakit disembuhkan dengan mengusir setan dari orang yang dirasuki setan dengan mantra dan doa, dengan rujukan, bujukan, dan bahkan ancaman. Kadang-kadang apabila setan yang dirasuki itu dianggap sebagai makhluk yang jasmani, maka digunakan siksaan fisik, seperti memencet atau mencambuki tubuh untuk mengeluarkanya”.
Sulit untuk memahami peran sangat penting yang dimainkan oleh kepercayaan akan setan-setan dalam pemikiran abad pertengahan.
Deutsch (1949:53) meringkaskan penjagaan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menderita sakit mental sebagai berikut :
“…. Orang-orang yang menderita sakit mental digantung, dipenjarakan, disiksa, dan kalau tidak dipermalukan dengan kejam sebagai kaki tangan setan. Karena di pandang sebagai makhluk yang lebih rendah daripada manusia....”.
Pada tanggal 6 mei 1908 Clifford Beers bersama 13 orang warga lain yang memperhatikan kepentingan masyarakat bertemu di rumah Reverend A.P.S di New Haven dan mendirikan Connecticut Society For Mental Hygiene.  Psikiater, Dr. Adolph Meyer menganjurkan istilah mental hygiene sebagai nama yang tepat untuk gerakan yang diperkasai Clifford Beers. Setahun setelah lembaga local itu berjalan, Clifford beers memperluas asosiasi tersebut pada febuari 1909 di bentuk National Committee for mental Hygiene. Kemudian bercabang di 48 negara nagian dan tersebar sampai ke luar negri.
·        Teori perkembangan kepribadian erikson
Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Dalam kata-kata Erikson, ada suatu “kecocokan timbal balik antara individu dengan lingkungan”. Teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori-teori sebelumnya seperti teori freud dan teori piaget yang berhenti hanya sampai pada masa dewasa. Menurut erikson, perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang seluruhnya ada delapan tahap. Empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima ada pada masa adolesen, dan tahap keenam, ketujuh dan kedelapan terjadi pada masa-masa dewasa atau usia tua
Tahap-tahap erikson :
1.     Kepercayaan dasar vs kecurigaan dasar
Bila rasa aman dipenuhi, maka anak akan mengembangkan dasar-dasar kepercayaan pada lingkungan. Sebaliknya, bila anak selalu terganggu dan tidak pernah merasakan kasih saying serta rasa aman, anak akan mengembangkan rasa kecurigaaan dasar atau perasaan tidak percaya pada lingkungan.
2.     Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu
Pengakuan, pujian, perhatian serta dorongan akan menimbulkan perasaan percaya diri dan memperkuat kemandiriannya. Bila sebaliknya yang terjadi, maka akan berkembang perasaan ragu-ragu dan malu.
3.     Inisiatif vs perasaan ragu-ragu
Bila sebelumnya anak sudah mengembangkan perasaan percaya diri dan mandiri, maka anak tersebut akan mulai berani mengambil inisiatif yaitu anak mulai mengejar, merencanakan, serta kebulatan tekad dalam menyelesaikan tugas-tugas dan meraih tujuan-tujuan.
4.     Industry vs inferioritas
Konflik yang dihadapi pada tahap ini adalah perasaan sebagai seseorang yang mampu vs perasaan rendah diri. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan terus lebih produktif bila kemampuannya dihargai tetapi jika sebaliknya yg di alami maka akan timbul rasa rendah diri pada anak.
5.     Identitas vs kekacauan identitas
Yang dimaksud adalah dalam tahap ini anak menghadapi konflik yaitu perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran. Selama masa adolesen, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri dan siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat. Tetapi jika individu mengalami kesulitan pada peralihan sebelumnya maka individu akan mengalami kekacauan identitas yaitu  orang merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang.
6.     Keintiman vs isolasi
Dalam tahap ini individu sudah mulai ingin mencari-cari pasangan hidup, siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka menginginkan hubungan-hubungan yang akrab dan intim. Dan di tahap ini individu sudah mulai bisa mengembangkan genitalitas seksual terhadap orang yang dicintainya.
7.     Generativitas vs stagnasi
Krisis yang dihadapi pada masa ini adalah adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat, dan manusia pada umumnya. Cirri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang di hasilkan (keturunan). Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur atau mengalami stagnasi.
8.     Integritas vs keputusasaan
Tahap terakhir ini merupakan tahap integritas yaitu sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, ide-ide dan telah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan  dan kegagalan daalm hidup. Keputusasaan adalah menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan dengan memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti dan sudah mendekati ajal.
·        Teori perkembangan kepribadian Freud
Freud mengembangkan teori psikoanalisis. Freud mempunyai struktur kepribadian.
Struktur kepribadian freud tersusun dari 3 sistem pokok, yaitu :
a.     Id
Id merupakan system kepribadian yang asli. Id dikatakab telah ada sejak lahir. Freus menyebut id “kenyataan psikis yang sebenarnya”. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan cirri kerja id ini disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle).
b.     Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Misalnya orang yang lapar harus mencari makanan. Peranan utamanya adalah menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari organism dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya, tujuannya adalah mempertahankan kehidupan individu.
c.      Superego
Superego adalah wewenang moral dari kepribadian, ia mencerminkan yang ideal dan bukan yang real. Perhatian superego yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah.

·        Kepribadian Sehat
Faktor-faktor yang membentuk keadan-keadaan jiwa seseorang dari saat ke saat membutuhkan kesehatan jiwanya. Kriterium untuk kesehatan jiwa sangat sederhana adanya factor-faktor yang sehat dan ketiadaan factor-faktor uyang tidak sehat dalam sistem pengelolaan sumber daya psikologis seseorang. Setiap macam gangguan jiwa disebabkan karena  faktor-faktor  tidak sehat tertentu menguasai jiwa seseorang. Sifat khusus dari masing-masing factor yang tidak sehat menimbulkan bentuk-bentuk gangguan khusus pula – egoism, misalnya mendasari perbuatan-perbuatan yang semata-mata mementingkan diri sendiri yang dalam psikologi barat disebut tingkahlaku “sosiopatik”.
Ada banyak definisi mengenai kepribadian yang sehat dan berikut satu diantaranya yang paling sesuai
Pertama, kepribadian kita bisa dikatakan sehat bila kita sengaja mencari kebaikan dalam diri setiap orang dan setiap situasi.

Daftar pustaka
Effendy, N.1997.Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat,edisi 2.Jakarta :  Buku kedokteran EGC
Budiarto, E dan Anggraeni, D.2001.Pengantar epidemiologi. Edisi 2.Jakarta : Buku kedokteran EGC
Syariffudin, A.2003.Puasa menuju sehat fisik dan psikis.Jakarta : Gema Insani
Semiun, Y.2006.Kesehatan mental 1.Yogyakarta : KANISIUS
Hall, C.S dan Lindzey, G.1993.Teori-teori holistic (organismik-fenomenologis). Yogyakarta : KANISIUS
Hall, C.S dan Lindzey, G.1993.Teori-teori psikodinamik (klinis).Yogyakarta : KANISIUS

konsep kesehatan mental (tugas)


Konsep sehat :
Parkins (1938)
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai factor yang berusaha mempengaruhinya.
WHO (1957)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala factor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
WHO (1974)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
White (1977)
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Konsep sehat mendapatkan perhatian dan dikembangkan saat ini. Oleh karena itu, timbul berbagai konsep “sehat” yang ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda, misalnya :
Konsep “sehat” dipandang dari sudut fisik secara individu dan
Konsep “sehat” dipandang dari sudut ekologi
Konsep “sehat” secara fisik dan bersifat individu adalah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin”. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah “normal” masih belum dapat dibakukan.
Konsep “sehat” berdasarkan ekologi adalah “sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus-menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan”
Karena adanya perbedaan dalam sudut pandang tersebut maka hingga kini belum terdapat batasan “sehat” yang memuaskan. Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam pembukuan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut :
“ health is atage of complete physical, mental and sovial wellbeing and not merely the absence of disease of infirmity”

Dimensi sehat :
Sesuai dengan definisi WHO (1984) dimensi sehat yaitu sehat dalam arti :
a.     Fisik
b.     Psikis
c.      Sosial
d.     dan spiritual.  
Sejarah perkembangan kesehatan mental
Mula-mula penjelasannya sederhana, nenek moyang homo sapiens menghubungkan penyakit-penyakit mental dengan gejala-gejala alam, pengaruh buruk orang lain, atau roh-roh jahat.
Para pendahulu psikiater dan psikolog kita muncul pada zaman purba. Pada umumnya para pasien penyakit mental dan fisik itu diperlakukan dengan perasaan belas kasihan yang sama oleh para psikolog, namun para dukun dan pemimpin kelompok benar-benar menyingkirkan mereka apabila mereka dan penyakit mereka merugikan kelompok. Para pasien itu dibunuh atau dibiarkan meninggal.
Masa peradaban awal
Pada masa peradaban awal (Mesopotamia), mesir, yahudi, india, cina, dan benua amerika dan tukang-tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Diantara semua peradaban tersebut sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum.
Di Yunani
Di yunani, para pasien sakit mental di bawa ke kuil-kuil itu, dimana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab-penyebab gangguan mental.
Di Persia
Di Persia, setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain. Dengan demikian, seluruh penekanan ilmu kedokteran mereka terletak pada cara-cara yang bersifat magis dan keagamaan.
Di Yahudi
Di Yahudi di dalan sumber-sumber alkitab menunujukan bahwa orang-orang yahudi mengartikan penyakit mental sebagai hukuman dari allah dan perawatannya hanya dengan cara bertobat kepadanya. Pada tahun 490 M, ada sebuah rumah sakit di Yerussalem yang didirikan semata-mata untuk para pasien penyakit mental.
Masa abad pertengahan
Pada abad pertengahan (abad gelap), dengan hancurnya peradaban yunani-romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di eropa mengalami kemunduran. Banyak takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demologi) dihidupkan kembali.
Deutsch (1949:2) mengemukkan alasan mengenai kepercayaan-kepercayaan primitive zaman dulu dalam bidang ini sebagai berikut :
“karena penyakit-penyakit mental…disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib, maka dicari penangkal dan pengobatannya dalam ilmu gaib. Untuk mengelakan penyakit, dipakai jimat-jimat dan benda-benda berkhasiat, dan digunakan sarana-sarana pelindung gaib lainnya. Penyakit disembuhkan dengan mengusir setan dari orang yang dirasuki setan dengan mantra dan doa, dengan rujukan, bujukan, dan bahkan ancaman. Kadang-kadang apabila setan yang dirasuki itu dianggap sebagai makhluk yang jasmani, maka digunakan siksaan fisik, seperti memencet atau mencambuki tubuh untuk mengeluarkanya”.
Sulit untuk memahami peran sangat penting yang dimainkan oleh kepercayaan akan setan-setan dalam pemikiran abad pertengahan.
Deutsch (1949:53) meringkaskan penjagaan dan perlakuan terhadap orang-orang yang menderita sakit mental sebagai berikut :
“…. Orang-orang yang menderita sakit mental digantung, dipenjarakan, disiksa, dan kalau tidak dipermalukan dengan kejam sebagai kaki tangan setan. Karena di pandang sebagai makhluk yang lebih rendah daripada manusia....”.
Pada tanggal 6 mei 1908 Clifford Beers bersama 13 orang warga lain yang memperhatikan kepentingan masyarakat bertemu di rumah Reverend A.P.S di New Haven dan mendirikan Connecticut Society For Mental Hygiene.  Psikiater, Dr. Adolph Meyer menganjurkan istilah mental hygiene sebagai nama yang tepat untuk gerakan yang diperkasai Clifford Beers. Setahun setelah lembaga local itu berjalan, Clifford beers memperluas asosiasi tersebut pada febuari 1909 di bentuk National Committee for mental Hygiene. Kemudian bercabang di 48 negara nagian dan tersebar sampai ke luar negri.


Daftar pustaka
Effendy, N.1997.Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat,edisi 2.Jakarta : Buku kedokteran EGC
Budiarto, E dan Anggraeni, D.2001.Pengantar epidemiologi. Edisi 2.Jakarta : Buku kedokteran EGC
Syariffudin, A.2003.Puasa menuju sehat fisik dan psikis.Jakarta : Gema Insani
Semiun, Y.2006.Kesehatan mental 1.Yogyakarta : KANISIUS


Jumat, 30 Desember 2011

membahas jurnal psikologi yang berkaitan dengan internet

Saat ini saya akan membahas jurnal yang berjudul ” ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN INTERNET TERHADAP MOTIVASI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA TEKNIK KOMPUTER. “. Dalam jurnal tersebut di jelaskan bahwa Kemunculan internet dengan segala kecanggihannya membawa perubahan dalam gaya dan kebiasaan manusia sebagai pengguna alat canggih tersebut. Kecanggihan dan kemampuan Teknologi Informasi terutama melalui internet sangat mengagumkan dalam melakukan berbagai transaksi bisnis dan menyebar/menerima informasi melalui jaringan maya ke/dari seluruh pelosok negeri bahkan ke seluruh pelosok dunia. 
Dengan penggunaan Teknologi Informasi di berbagai bidang membuat dunia menjadi tanpa batasan ruang dan waktu, merambah dalam segala bidang kehidupan.
Internet adalah inter-konektivitas jaringan komputer di dunia, sehingga semua komputer di dalam jaringan tersebut dapat saling berhubungan dan mengakses sumber daya (resources) yang disediakan masing-masing computer.
Dalam Waena (2008) Internet adalah jaringan informasi komputer mancanegara yang berkembang sangat pesat dan pada saat ini dapat dikatakan sebagai jaringan informasi terbesar di dunia, sehingga sudah seharusnya semua orang yang berasal dari berbagai bidang mengenal manfaat apa yang dapat diperoleh melalui jaringan ini.
Di dalam jurnal tersebut di jelaskan bahwa banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan fasilitas akses ke Internet. Berikut ini hanyalah sebagian dari apa yang tersedia di Internet :
a. Informasi untuk kehidupan pribadi seperti: Kesehatan, Rekreasi, Hobby, Pengembangan Pribadi, Rohani, Sosial.
b. Informasi untuk kehidupan profesional/Pekerja : Sains, Teknologi, Perdagangan, Saham. Komoditas, Berita Bisnis, Asosiasi Profesi, Asosiasi Bisnis, Berbagai Forum Komunikasi.
Dalam Wikipedia (2011) Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.
Jurnal tersebut mengungkapkan Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. (winkel, 1987). Penilaian yang di maksud adalah penilaian yang di lakukan untuk menentukan seberapa jauh proses belajar dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang sudah di tetapkan baik menurut aspek isi maupun aspek prilaku.
Kemudian jurnal tersebut menjelaskan penelitian mereka dengan kesimpulan :
1. Berdasarkan uji korelasi dan regresi diperoleh fakta bahwa secara parsial tidak ada hubungan atau pengaruh yang signifikan antara Variabel pemanfaatan e-learning terhadap Prestasi belajar mahasiswa. Pada Kondisi ini dapat dijelaskan secara sendiri-sendiri atau parsial tidak terdapat pengaruh pemanfaatan e-learning terhadap prestasi belajar Mahasiswa.
2. Pengaruh secara parsial dari variabel pemanfaatan e-learning dengan kemampuan pemahaman mahasiswa berdasarkan uji yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Pada Kondisi ini dapat dijelaskan secara sendiri-sendiri atau parsial terdapat pengaruh pemanfaatan e-learning terhadap Kemampuan pemahaman mahasiswa.
3. Hasil pengujian regresi yang dilakukan secara bersama-sama atau uji serentak di peroleh hasil bahwa Pengaruh secara bersama dari variabel pemanfaatan e-learning dengan Prestasi belajar mahasiswa dan kemampuan pemahaman Mahasiswa menunjukkan pengaruh yang signifikan dan positif.
Hal yang di jelaskan di atas merupakan sedikit ulasan terhadap jurnal yang berjudul ” ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN INTERNET TERHADAP MOTIVASI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA TEKNIK KOMPUTER. “.
Referensi :
http://blog.binadarma.ac.id/vivi/?p=37
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi
http://www.waena.org

Minggu, 27 November 2011

kegunaan internet bagi ilmu psikologi

Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu
menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia,
dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis
hingga yang dinamis dan interaktif.
Secara harfiah, Internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Manakala Internet ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.

Dengan berkembangnya teknologi internet, bagi ilmu psikologi kerahasiaan alat tes semakin terancam. Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet. Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk. Implikasi dari masalah ini adalah tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebut.

Selain itu internet juga dapat disalahgunakan oleh orang, misalnya hacker, berhati-hatilah dalam penggunaannya, serta dalam situs jejaring sosial, sedang marak kasus orang jahat yang memanfaatkan situasi tertentu.

Tapi jangan takut hanya karena kasus tersebut, kita hanya perlu berhati-hati dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan agar tidak terjerumus pada hal-hal tersebut, karena meskipun banyak dampak negatif dari psikologi yang dapat ditimbulkan dari penggunaan internet secara adiktif, tetapi banyak juga manfaat dari penggunaan internet, jadi kita tetap membutuhkan internet, selain di era globalisasi ini semua serba canggih, dan kita tetap harus mengikuti perkembangan jaman, tetapi dengan 'kadarnya'.

Adanya internet juga membantu kita dalam berbagai hal, misalnya proses kerja dapat dilakukan dengan internet dan menghemat biaya juga karena tidak perlu menyewa tempat dan pegawai, dapat dilakukan sendiri. Belanja tidak perlu ke mall (sudah banyak online store). Keperluan studi jadi lebih mudah, pengiriman tugas dengan e-mail jika dosen tidak hadir. Adanya tes psikologi secara online. Segalanya dapat diakses dengan internet, misalnya pemesanan tiket pesawat dapat melalui internet, bank pun dapat di akses di internet, tetapi posisi pihak agen, distributor dan whole saler terancam. Bank menjadi maya, dan kantor berdampak virtual karena pekerjaan dapat di kerjakan dimana saja. Situs jejaring sosial yang sedang marak juga memberikan dampak positif, kita bisa bersosialisasi dengan teman lama walaupun jarak jauh.

Dampak teknologi internet yang maju dengan pesat ini akan dan telah merubah pola kehidupan manusia. Walaupun saat ini baru sebagian orang yang sudah terbiasa menggunakan internet, namun kecepatan internet memasuki kehidupan manusia sunguh luar biasa. Di Amerika Serikat sudah lebih dari 25 persen rumah tangga yang memiliki komputer yang memiliki akses internet (Tappscott, 1996). Walaupun belum ada data resmi berapa persen dari rumah tangga yang memiliki komputer dan akses pada internet di Indonesia, kini makin banyak rumah tangga yang memiliki komputer dan akses pada internet. Internet memang salah satu bukti kemajuan teknologi, dan era globalisasi, tetapi tetaplah kita harus waspada dengan dampak yang ditimbulkan.


Sumber:
http://www.psikologizone.com/bentuk-kecanduan-komputer-dan-internet-bagian-2
http://ancok.staff.ugm.ac.id/h-19/psikologi-dan-tantangan-millenium-ke-tiga-dampak-teknologi-internet-pada-kehidupan-manusia-dan-pengelolaan-institusi-pendidikan-psikologi.html
http://indahcahyanti.blogspot.com/2010/09/hubungan-internet-dengan-psikologi.html