Kamis, 19 April 2012

Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut Rogers


Haaai .. terima kasih ya sebelumnya kalian sudah mau membuka blog saya dan membaca tentang Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut Rogers, terlebih jika kalian berkomentar ^_^ …

Kali ini saya akan membahas tentang subteori Perkembangan kepribadian self, peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu dan ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya, kita mulai yaa ..

Dalam masa kecil, anak mulai , membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua hal-hal lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan itu untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar dan diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri” (self-concept)

Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard).

Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia. Setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak semua anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih saying, cinta, dan persetujuan dari orang-orang lain (pada usia ini, “orang lain” biasanya berarti ibu), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih saying. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.

Self-concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruhi oleh ibu. Anak itu mengamati suatu celaan (meskipun celaan hanya berfokus pada salah satu segi tingkah laku) sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi dari adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan. Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energy dan pikiran. 

Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.

Diri tidak dibiarkan untuk beraktualisasi sepenuhnya karena beberapa segi dari diri harus dicek. Orang-orang dengan syarat-syarat penghargaan harus membatasi tingkah laku mereka dan mengubah kenyataan karena meskipun menyadari tingkah laku dan pikiran yang tidak pantas, namun dapat merasa terancam kalau mereka memamerkannya. Karena individu-individu ini tidak dapat berinteraksi sepenuhnya dan terbuka dengan lingkungan mereka, maka mereka mengembangkan apa yang disebut Rogers “ketidakharmonisan” (incongruence) antara konsep diri dan kenyataan yang mengitari mereka. Dengan kata lain, mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat. 

Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada, tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasehati. Rogers percaya bahwa ibu dapat mencela tingkah laku-tingkah laku tersebut tanpa pada saat yang sama menciptakan syarat-syarat dalam mana anak akan menerima cinta dan kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat.

Diri adalah dalam dan luas, karena diri itu mengandung semua pikiran dan perasaan yang mampu diungkapkan orang itu. Diri itu juga fleksibel dan terbuka terhadap semua pengalaman baru. Tidak ada bagian dari diri dilumpuhkan atau terhambat dalam ungkapannya. Oleh karena itu Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu :
1.      Keterbukaan pada pengalaman
Itu berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negative.
2.      Kehidupan eksistensial
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka pada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen yang berikutnya.
3.      Kepercayaan terhadap organism orang sendiri
Rogers menulis, “Apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya”. Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan daripada factor-faktor rasional atau intelektual.
4.      Perasaan bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan.
5.   Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun. Jadi, Rogers melihat orang-orang yang berfungsi sepenuhnya merupakan “barisan depan yang layak” dalam proses evolusi manusia.


7 komentar:

  1. i like dengan penjabarannya wi :)
    jelas dan bermakna !!

    BalasHapus
  2. lengkap banget postingannya.. nice :)

    BalasHapus
  3. wah...keren nih. ^_^
    sifat manusia itu memang berbeda-beda.

    BalasHapus
  4. keren banget pembahasnnya dan sangat menginspirasi sekali

    BalasHapus
  5. Jadi, individu tidak sepenuhnya beraktualisasi diri yang di mana harus membatasi tingkah lakunya.
    Nice posting, Wiwi! :D

    BalasHapus
  6. maaf ya teman, mau kasih masukan nih kita kan anak gundar,kita jg udah masuk ke pembelajaran mata kuliah softskill ayo dong blognya disisipin
    link Universitas Gunadarma misalnya kaya gini nih
    * www.gunadarma.ac.id
    * www.studentsite.gunadarma.ac.id
    * www.baak.gunadarma.ac.id
    * dll.
    ini buat kriteria penilaian mata kuliah softskill temen2 :D

    BalasHapus
  7. makasih postingnya, udah membantu tugas saya :)
    terus berkarya yaaa.....

    BalasHapus